Lampung. Satu nama yang masih penuh
dengan “Misteri”. Bukan hanya sepotong pulau di ujung kaki Sumatera yang
termenung saat dilintasi jutaan umat manusia. Kekayaan alam membuat karakter
khusus yang “khas” melekat kuat pada daerah ini. Walau total manusia yang
mencapai 3% dari keseluruhan di Indonesia, tak membuat Masyarakat menjauhi
kehidupan bersandar olah tanah. Dan bahkan menekuninya. Gunung-gunung yang
ditemani lembah-lembah yang subur, pohon kelapa melambai sepanjang pantai
dengan laut sebagai berkah. Dan hijaunya persawahan sejauh mata memandang. Tak pelak,
membuat mereka bermata pencaharian di bidang pertanian. Tak semata cocok tanam
di ladang atau rumput, Beternak hewan berkaki dua, berkaki empat, sampai yang
tidak berkaki. dan semua itu hanya di satu tempat, Lampung.
|
Source : Google.Com |
Lampung, lahir tepat 18 Maret 1964. Walau
sebelum tanggal tersebut, telah terjadi pemerintahan, mengatasnamakan Sumatera
Selatan. Lampung bukan daerah yang tiba2 muncul, pada masa kejayaan Kerajaan
kerajaan di Indonesia, Lampung sudah eksis, walau untuk dijajah, dan diambil
kekayaan alamnya. Semua berawal dari penjajahan kerajaan Sunda. Namun, seiring
berjalannya waktu, Kerajaan Sunda yang sempat jaya, sempat kedodoran saat
menghadapi VOC. Dan benar, akhirnya kerajaan sunda menyerah ditandai dengan perjanjian
yang berisi kalau Lampung diserahkan ke VOC. Raffles yang sempat merebut daerah
Semangka (Lampung dulu) dan tak mau mengembalikan ke Belanda, akhirnya gagal
mempertahankan dan balik ke tangan Belanda. Dan pada 1817, muncul pahlawan
Raden Intan, yang punya pengaruh besar dan membuat Belanda khawatir akan
keberadaanya. Dan sampai menjelang merdeka, rakyat Lampung tetap gigih mengusir
penjajah. Dan akhir berbuah manis. Lampung pun menjadi daerah tingkat I pada
tahun 1964.
|
Source : Google.com |
Sepanjang perjalanan, Lampung gak
selalu aman. Selain penjajahan Belanda, ada hal lain yang membuat seluruh
Indonesia terdiam, bahkan dunia. Dan hal tersebut adalah letusan Krakatau tahun
1883. letusan itu terdengar dari jarak 4.600
kilometer oleh seperdelapan penduduk bumi mengakibatkan hampir 165 desa dan kota hancur, 36.417 warga tewas.
Berminggu-minggu abu Krakatau menutupi atmosfer sehingga menghalangi sinar
matahari dan menyebabkan perubahan iklim global. Hal yang bahkan
kalau di akumulasikan 13.000x lebih dahsyat dari Bom Hiroshima, yang
meluluhlantahkan Jepang waktu itu. Krakatau memang telah tiada. Tapi tetap
menyisakan jutaan kenangan, dan Anak yang ditinggalkan. Anak Krakatau yang
tetap diwaspadai walau letusan tidak mungkin menyamai induk.
|
Source : Google.com |
Walau punya sejarah kelam, Lampung
ga melulu kelam. Ada beberapa hal yang bisa dibanggakan. Mungkin orang-orang
mengenal hewan besar seperti Gajah, atau yang buas seperti Harimau Sumatera. Tapi
itu hanya segelintir kecil dari keunikan di Lampung. Lampung menyimpan ragam jenis kesenian, mulai dari tari-tarian, musik
tradisional, sastra klasik, dan masih banyak lagi. Semua khazanah budaya itu
terpencar di setiap pelosok Lampung, baik yang terdeteksi maupun yang belum
"terjamah". Setiap kabupaten di Lampung memiliki ciri keseniannya
masing-masing. Kekayaan sumber daya alam yang melimpah ruah merupakan
salah satu kekuatan besar yang mampu membangun peradaban (kebudayaan). Kopi,
lada, cengkih, kekayaan tambak udang, kekayaan bahari laut, hutan yang menghijau
sebagai paru-paru dunia, gajah Lampung, harimau sumatera dan masih banyak lagi
anugerah Tuhan yang masih tersembunyi, kesemuanya adalah suatu khazanah, yang
membuat kami berbeda, dan (seharusnya) kami sadari.
Keberadaan Lampung saat ini
merupakan buah dari peradaban (kebudayaan) yang berproses sejak masa lalu.
Seiring berjalannya waktu, banyak hal2 baru yang potensial dan ditemukan. Namun,
semua itu percuma, karena kami tahu, kami belum bisa memanfaatkannya. Kelebihan
fasilitas membuat kami terlena. terbentangnya jalan tol, hadirnya bandar udara
berkelas internasional, pelabuhan berskala global, dibangunnya kota baru,
sampai berjejernya rel kereta ganda yang mampu membelah Sumatera dari ujung
Selatan sampai pucuknya. Jika kelak semua lengkap, tak satu yang kuasa menahan
laju pertumbuhan Lampung dalam peta nasional dan kian pentinglah kawasan ini
dalam percaturan regional. Dan jika semua selaras dengan keinginan membangun
alam, sempurnalah Lampung untuk mencapai “puncak”-nya. #BridgingCourse
0 comments:
Post a Comment