Fauzi Ananta

Official Website

Pages

Halo

Halo

Tuesday, November 19, 2013

FJB, Forum Sampah Penuh Peminat


                Beralamat di www.kaskus.com , kaskus yang didirikan oleh salah satu wirausahawan muda, Andrew Darwis, memang menjadi situs favorit hampir seluruh remaja Indonesia. dan hal tersebut dapat dibuktikan dengan jumlah member yang mencapai 4 juta jiwa, yang menobatkan kaskus menjadi komunitas dengan member terbanyak se-Indonesia. dengan jumlah member sebanyak itu, mungkin banyak yang terheran-heran kenapa ngaskus menjadi kegemaran setiap remaja. Yak, tak lain tak bukan karena beberapa kunci didalamnya.
Saat pertama kali membuka kaskus, pasti langsung melihat yang namanya hot thread. Dan hot thread selalu up to date setiap harinya, sehingga para pemain kaskus, atau biasa disebut kaskuser, bisa keep in touch dengan segala hal yang terkenal tabu dan baru. Selain hot thread, keberadaan forum-forum didalamnya tentu memegang peranan vital yang bisa mendongkrak populasi kaskuser. Mulai dari the lounge, forum jual beli (FJB), berita, dan masih banyak lagi. Membuat para kaskuser betah duduk didepan layar monitor hanya untuk mantengin semua forum kaskus. Salah satu forum kaskus, memang menjadi sorotan, karena keberadaanya dinilai khalayak memiliki berbagai dampak. Dan forum tersebut adalah FJB.
Forum jual beli, atau akrab disapa agan dan aganwati FJB, menjadi suatu forum yang sering dikunjungi oleh kaskuser pada umumnya. Yang kaskuser lakukan disana adalah sesuai nama forum tersebut, jual beli. Memang, sudah ada situs kenamaan yang bersaing dengan FJB kaskus ini, seperti Berniaga atau tokobagus. Tapi, FJB kaskus selalu menjadi pilihan pertama karena memang lebih unggul, baik dari tampilan yang lebih menarik, atau sistem penjualan yang cenderung lebih mudah.
Harus diakui, kaskus memang menjadi lebih terpercaya dengan beberapa item didalamnya, yang lebih mengedepankan reputasi dan testimoni. Reputasi misalnya, kaskus memiliki sesuatu yang “unik” karena mereka lebih out of the box dengan cendol dan batanya. Jika cendol identik dengan penjual yang terpercaya, dan bata dengan penipu. Itu memang sudah menjadi stigma berkelanjutan, yang sebenarnya pemilik bata juga belum tentu penipu, karena mungkin saja mereka menjadi anti-mainstream dengan jadi collector bata. Aneh bukan, tapi sudah sering ditemui di FJB kaskus.
Testimoni di kaskus juga memudahkan pembeli menjadi lebih selektif dalam memilih penjual. Dengan adanya testimoni, tentu kita bisa melihat persepsi dari berbagai kalangan, dan memudahkan kita memilih mana yang lebih baik. Tampilan juga menjadi sesuatu yang ditonjolkan oleh kaskus. Tampilan di kaskus yang lebih simple dan menarik, menarik minat kaskuser untuk mencarinya. Thread juga bisa diatur sedemikian rupa sehingga bisa menarik minat pembeli.
Namun, hanya Tuhan-lah yang sempurna. FJB kaskus juga penuh kekurangan. Penggunaan reputasi yang membuat kaskus terdepan, justru bisa menjadi senjata makan tuan. Reputasi yang bisa diperjualbelikan membuat konsumen bisa tertipu dengan jumlah cendol atau bata yang dimiliki seller. Bahkan penjual menjadi lebih kreatif dengan mengirim Private message (PM) ke kaskuser lainnya seperti ini.
Barcen (red: barter cendol) yuk!”
Atau dihiasi dengan penggunaan kata-kata kasar.
Barcen yuk, cuk!”
Memang terdapat sedikit perbedaan dengan penambahan sedikit kata “cuk” didalamnya. Namun bagaimana jika agan (red:juragan) tersebut sakit hati? Mungkin akan terjadi seperti ini.
“Asu ente, minta aja sama agan yang lain dah.” Ucap agan 2 dengan nada sedikit meninggi
Dan berlanjut seperti ini.
You mad bro?!” ucap agan 1 sembari lempar bata
Dan agan tersebut yang sudah dilempar bata, yang merusak reputasinya, melempar balik bata ke agan yang memiliki cendol hingga 10 bar. Dan karena bata setitik, rusak cendol sebelangga. Reputasi yang sudah didirikan dengan susah payah hancur sekejap saja. Sama seperti kala kita udah bribik, tiba-tiba pas nembak ditolak. Sakit.
Kejadian tersebut memang sudah lumrah dalam dunia perkaskusan. Memang tak hanya reputasi yang menjadi senjata makan tuan, testimoni pun mengalami hal serupa. Keberadaan bot dan junker yang bisa memberi testimoni palsu menjadi bumerang bagi pembeli yang sudah kadung percaya dengan penjual yang ternyata penipu belaka.
Atau keberadaan picture didalam lapak yang bisa menipu.
“beli ini dong, gambarnya bagus nih gan.” Ucap buyer sembari siap membelinya
“oke gan, ente transfer ya ke blablabla.” Seller menjawab dengan senang hati
Saat barang sampe, ternyata tak sesuai ekspektasi
“asu! Seller macem apa? Masa gambar yang di lapak nipu banget! Gak sesuai sama yang dibeli!
Pokoknya ane minta uang balik” keluh buyer.
“coba baca peraturan gan, barang yang sudah dibeli tak dapat dikembalikan.” Seller menjawab dengan tenang.
“!?@#$%^!@#@!” dengan nada penuh emosi buyer membalas.  

Harus diakui FJB kaskus memang menjadi tempat singgah terbesar se-Indonesia. dan hal tersebut dibuktikan dengan slogan kaskus, The Largest Indonesia Community. Namun, tak ada gading yang tak retak. Kepercayaan dari pembeli yang sudah dibangun memang terkadang bisa menjadi bumerang untuk mereka yang bisa tertipu. Dan sebagai pembeli, kita memang dituntut untuk bisa selektif terhadap apapun itu dan tidak terlalu tergesa-gesa dengan apa yang kita inginkan.

Tanah Surga, Katanya.

Tanah Surga Katanya
Sutradara
Herwin Novianto
Produser
Deddy Mizwar
Pemeran
Osa Aji Santoso (Salman)
Fuad Idris (Hasyim)
Ence Bagus (Haris)
Astri Nurdin (Astuti)
Tissa Biani Azzahra (Salina)
Ringgo Agus Rahman (Anwar)
Tanggal Rilis
15 Agustus 2012

Mungkin beberapa dari kalian sudah mendengar film dari Indonesia seperti Batas (2011) atau Tanah Air Beta (2010), Tanah Surga Katanya juga memiliki tema yang serupa, nasionalisme. Memang sedikit ada perbedaan antara Tanah Surga Katanya dan kedua film tersebut. Tanah Surga Katanya lebih memiliki kritik yang tajam terhadap pemimpin negeri ini.
Semua berawal dari seorang mantan revolusioner prajurit konfrontasi Malaysia, Hasyim (Fuad Idris), yang mempunyai anak bernama Haris (Ence Bagus), dan mempunyai dua cucu, Salman (Osa Aji Santoso) dan Salina (Tissa Biani Azzahra). Hasyim, yang merupakan mantan prajurit Indonesia, sedang diuji nasionalismenya oleh anaknya, Haris, ketika Haris meminta ayahnya (Hasyim) dan kedua anaknya (Salman dan Salina) agar pergi ke negeri sebelah yang lebih makmur, Malaysia.
Mereka yang tinggal diantara perbatasan Indonesia dan Malaysia memang tertekan, karena hidup yang tidak kunjung sejahtera, dan membuat Haris, yang bekerja di Malaysia, lebih memilih pindah karena makmurnya Malaysia dan alasannya yang telah mendapatkan istri disana. Keputusan Haris membuat Hasyim, yang sakit jantung, tercengang, dan tetap tidak bisa menerima kalau dia harus pindah ke negeri seberang. Saat Haris siap pergi bersama kedua anaknya, Hasyim membulatkan tekad agar menetap disana. Keputusan Hasyim membuat Salman ikut kakeknya tersebut dan Salina ikut ayahnya pergi ke negeri seberang.
Tak hanya menguji nasionalisme Hasyim, Salman juga tergoda dengan negeri seberang yang lebih makmur. Dan parahnya, Salman melihat bendera pusaka, Sang Saka Merah Putih, dijadikan alas berjualan oleh salah satu penjual di Malaysia. Dan pada akhirnya Salman menukar bendera tersebut dengan sarung yang dibelinya, dan mengibarkan bendera Merah Putih dengan gagah ditiup angin.
Tak hanya berpusat pada nasionalisme, cinta juga gak bisa luput dari pandangan. Dan ditekankan pada Anwar (Ringgo Agus Rahman) dan Astuti (Astri Nurdin). Anwar yang saat itu ditugaskan untuk menggantikan dokter yang sudah almarhum disana, langsung bertemu dengan Astuti. Dan mulai timbulah benih-benih cinta diantara mereka berdua. Dan sikap Anwar yang sering menggombal ke Astuti semakin menambah manis hubungan tersebut.
Perawakan Anwar yang humoris membuat film ini juga gak bisa lepas dari yang namanya komedi. Ada beberapa adegan yang menonjolkan unsur komedi yang membuat penonton tertawa. Saat Anwar berniat dijodohkan dengan anak dari orang yang telah ia obati, dan anak tersebut sangat jelek, yang membuat Anwar terbirit-birit. Atau adegan saat Anwar mengajar di sekolah dan kakinya masuk ke lubang yang sama dimana ia berpijak, dan membuat semua anak tertawa terbahak-bahak.
Walau banyak sisi yang dibahas, film ini gak bisa luput dari inti awalnya, kritikan. Film yang menyinggung pemerintah ini semakin dipertegas dengan Salman yang saat itu membaca puisi kolam susu sembari mengkritik pejabat Indonesia yang dianggap hanya mementingkan diri mereka sendiri. Tak hanya itu, sistem pendidikan Indonesia juga dikritik dengan manis. Yaitu dengan seorang guru yang memajukan daerah tersebut seorang diri. Bahkan dengan fasilitas minim.

Overall, film Tanah Surga Katanya memang berhasil memadukan berbagai aspek menjadi satu sehingga mendukung film tersebut. ditambah dengan peran sempurna yang ditampilkan para pemerannya semakin membuat film ini semakin bagus dalam hasil jadinya. Tapi, film ini dirasa kurang istimewa karena akhirnya yang masih menggantung. Dan penyampaian film yang kurang mengena karena terlalu bertele-tele. Tapi untuk film seperti ini, rate cukup baik patut diberikan kepada semua jajaran sebagai bentuk apresiasi karena telah membungkus film ini dengan sedemikian rupa.