Fauzi Ananta

Official Website

Pages

Halo

Halo

Sunday, September 22, 2013

Realita Mobil "Murah"




Jangan Jual Mobil Murah di Kota Macet - Menhub
"Kalau alasannya mobil murah menambah kemacetan, apakah mobil mahal tidak menyebabkan kemacetan," cetus JK di sela-sela acara Singapore Summit, Jumat (20/9) malam di Singapura.
Well, itulah pernyataan bertentangan dari Menhub, Bapak Mangindaan, yang kontra mobil murah dan Bapak Jusuf Kalla yang Pro mobil murah.

TAPI? Apa ini bisa dihindari?











"Pada 2014 jika tidak ada pembenahan sistem transportasi Jakarta, maka lalu lintas akan `stuck`," kata Staf Ahli Bidang Ekonomi dan Investasi Kementerian Pekerjaan Umum Setiabudi Albamar di Jakarta, Kamis.
Setiap Pagi, mau ke kantor atau sekolah. Baru keluar rumah, eh mobil2 udah baris aja depan rumah. gak terkecuali Yogyakarta. Jogja emang belum semacet itu sih, tapi, sepertinya emang tinggal nunggu waktu aja deh. Ditambah serbuan mobil dibawah 100 juta. Apa gak makin parah aja Indonesia?!
"Kalau melihat pertumbuhan kendaraan sekitar 700 per hari, maka kami prediksi 2014 jalan di Jakarta sudah stuck. Kalau tidak ada kebijakan membatasi angka kendaraan tentu akan semakin parah kondisinya," ujar Royke, Senin (1/8/2011) di Polda Metro Jaya.
Yak, seperti itulah gambaran kota2 besar di Indonesia. Menyakitkan memang, tapi memang udah takdir kalo gak ada tindakan dan kesadaran dari semua pihak. Apakah hanya akal2an beberapa politisi membuat banyak mobil dibawah 100 juta. Katanya mobil murah untuk rakyat kecil. Tapi, apa rakyat kecil bener2 butuh mobil murah? Jelas, yang mereka butuhin itu makan! Mobil murah merajarela, tapi bahan pokok makin mahal aja. Bisa dilihat kasus kedelai, gimana bisa itu jadi melambung? Apa gak karena kebodohan dari pemerintah tuh. Bukannya berbenah, malah ngeluarin kebijakan yang Nyeleweh. Tapi gak mikirin dampaknya? Alamak! Bukannya bikin maju, malah bikin jeblok. Kenapa?
"Faktor utama infrastruktur dalam artinya konektivitas. Itu yang menjadi sorotan dan meningkatkan kualitas pelayanan kita, rupanya menjadi satu pembicaraan pelabuhan internasional, seringnya airport kita sering delay," ujar Hatta Rajasa saat ditemui di kantornya, Jakarta, Rabu (18/9).
Gimana ceritanya? Kalo Investor baru mau investasi, udah nungguin pesawat di airport,  eh delay.  Udah bĂȘte nungguin, baru keluar bandara, eh langsung macet. Apa gak dia langsung kabur dari mobil, terus naik pesawat balik ke negaranya sendiri?! Apa gak semua investor langsung ogah nanemin modal di Indonesia?
Tapi, ada beberapa cara yang jelas bisa mengurangi kepadatan kota2 besar. Seperti, larangan Parkir-On-Street, Larangan masuk kota truk2 besar, dan tariff yang dipermahal. Tapi, apa semua salah Pemerintah? GAK! Rakyat juga salah. Kenapa mereka terlalu “Sok” Hedonisme beli kendaraan pribadi yang “Mahal”. Apa cuman untuk Show Off? Kalo iya, mending pindah ke amrik sono, Indonesia kan tradisi yang ramah. Lagian, apa salahnya sih naik Trans Jakarta? Gengsi? Bodoh. Jujur, saat saya ke Jakarta bersama 18 orang teman, untuk tes, kami naik Trans Jakarta, dan KAMI MENIKMATI. Walau harus terkesan nunggu lama, tapi bisa lebih cepet sampe kok, karena ada Track sendiri (Walau kadang ada orang bodoh yang salah jalur, jelas2 itu jalur Trans Jakarta) dan dingin kok. Terbukti dengan saya yang abis jalan jauh, masuk situ, bisa tidur sangking dinginnya..
In short, dengan kebijakan yang gak “Sewajarnya” pemerintah juga bisa melakukan perubahan. Selama ada keinginan yang keras. coba intip Jepang, setiap Kendaraan harus lolos Uji Emisi baru boleh masuk pasar. tengok juga Singapura, gunain pajak tinggi biar masyarakat gak pade beli, atau liat Rusia, yang buat Jalur Sepeda sampe berkilo2. Tapi, gak cuman pemerintah, gimana kalo udah diterapin semua, tapi otak orang Indonesia yang bejat bisa ngakalin? Gak kelar juga deh. Jadi dibutuhkan kerja sama dari semua pihak, menentang Konspirasi kemakmuran dari beberapa pihak, dan menerapkan yang seharusnya. DO IT!

Saturday, September 21, 2013

A Story coming from Behind

                Ilmu Komunikasi UGM. Yak, satu jurusan dari FISIPOL yang ternyata dulunya bernama Ilmu Publisistik, telah berdiri hampir 30 tahun. Sejak 1983. Well, jika berbicara tentang ilmu komunikasi, mungkin beberapa orang berpendapat “Untuk apa masuk Komunikasi? Toh, kita dari lahir udah diajarin komunikasi.” Atau “Komunikasi? Itumah ikut UKM aja, udah bias komunikasi.” Tapi, saya gak sependapat. Kenapa? Karena kalo ikut UKM atau kehidupan kita sejak lahir, saya tegaskan. Itu adalah Interaksi.
                Berbeda jika di Komunikasi. Gak hanya kita harus interaksi, atau berhubungan. Namun kita harus bisa mendalami, Ilmu tentang komunikasi, baik intern maupun ekstern. Yang terbagi jadi dua focus, strategis dan Media. (saya ambil media) :D Dan, menurut saya, persepsi orang awam yang langsung men-Judge. Sangatlah tidak baik, dan kita harus merubahnya.
                Tak terkecuali orang tua saya. Mereka sempat bertanya “Komunikasi? Mau jadi apa?” hal itu, masih saya maklumi, karena keluarga besar saya berkuliah di teknik, hukum, dokter. Yang semua terjamin masa depannya.. Berbanding terbalik dengan saya yang terkesan sedikit gambling yang membuat orang tua sempat mempertanyakan pilihan saya. Dan memaksa saya ikut STAN. Untung ga masuk…
                Namun, dengan keyakinan tinggi. Dan kemauan keras. Saya harus menentang kemauan orang tua saya yang mau saya masuk hukum. Dan semua dimulai dari SNMPTN. Pendaftaran tiba, dan saya yang “jijik” dengan UNILA, hanya milih UGM, karena kalau milih dua harus ada daerah asal. Dan dengan halus, saya menolak UNILA. Tapi lupakanlah -_-
                Kualat, nolak UNILA. Ditolak juga UGM…. Tapi ga terlalu berharap, karena gada sensasi terima undangan! Haha. Dengan kalem, SBM ngikut, dan terbang ke jogja. Tes disana ceritanya. Udah tes, optimis sekali bakal masuk. Tapi, kan masih ada SIMAK dan UM UGM, jadi ngikut aja semua, sekalian ngabisin duit gitu. Yak, kalo perg
i ke Jakarta buat tes bareng 18 temen kudu diceritain, kayaknya hampir 2000 kata deh…. Skip aja.
                Buka pengumuman, dag dig dug, buka bareng 3 temen jeng jeng jeng… dibukain temen. Dia yang liat… dan Alhamdulillah! Takdir di komunikasi UGM gak kemana! Dengan impian yang masih tercantum 5 cm di depan kening, jadi Jurnalis dan Aktivis. Well, kurang panjang ya. Karena minimal 500 words. Jadi, mau songong dikit nih. Kan terima lah ya SBM pilihan pertama. Wuih! Seneng bukan kepayang! Sekelas ga lebih dari lima soalnya yg keterima SBM. Miris. -_-
                Dah, ceritanya masih ada pengumuman SIMAK sama UM UGM. Pengumuman Simak, buka sendiri, gak kayak SBM. Jeng jeng jeng…. Terima juga! Masuk Kriminologi UI. Antara seneng dan sedih. Seneng karena keterima. Tapi, sedih karena merebut kursi orang lain. Eits, tapi salah mereka juga, kenapa gak lebih pinter dari saya… oke, lupakan. Yak, tiba di pengumuman terakhir, yang cumin formalitas. UM UGM. Dan, memang gaboleh merebut kursi calon temen. Jadi ditolak. Tapi kalem aja, udah terima dua ini. Ehhh.
Well, udah masuk Komunikasi UGM. Tempat banyak calon orang2 sukses menjalani rutinitas. Dan, saya berada salah satu di antara mereka. Seneng! Kayak kalo kita suka cewe, eh mereka suka balik… lupakan. -_-  mimpi. Saya yakin, mimpi ada buat diraih. Dan percayalah, saya akan sukses melebihi semua yang membaca ini. Notice! Thanks! #BridgingCourse